Grup Penjejak Tamadun Dunia

PERJUANGAN CINTA MAHASISWA...... CINTA TUHAN - CINTA MANUSIA -CINTA ILMU-CINTA HIKMAH- CINTA keBENARan - CINTA keADILan - CINTA perUBAHan - CINTA penCERAHan

Friday, June 27, 2014

Sedutan tulisan Prof Syafii Maarif

Minggu ini nenek tiri saya meninggal dunia di Kedah,dan saya jatuh demam-batuk-selesema-pening kepala 2-3 hari + demam bola sepak Piala Dunia 2014.

Ini antara alasan saya tidak berjaya siapkan artikel yang saya cadang hendak siapkan berkenaan pemikiran Buya Prof Syafii Maarif yang akan hadir dalam Seminar Pemikiran Reformis esok pagi.

Apapun saya akan kongsikan sedikit koleksi isi penting hasil bacaan saya terhadap pemikiran beliau dalam buku lama beliau 'Al Quran,Realitas Sosial dan Limbo Sejarah(Sebuah Refleksi)' dan kata pengantar beliau dalam buku 'Muhammadiyah dan NU Reorientasi Wawasan Keislaman'

Al Quran,Realitas Sosial dan Limbo Sejarah(Sebuah Refleksi)

Al-Quran,pemeluk beriman dan limbo sejarah

Dengan demikian lembaran sejarah pemeluk beriman juga penuh oleh darah saudara seagama padahal Al-Quran dengan bahasa keras dan tajam mengatakan bahwa pemeluk beriman itu wajib bersaudara.persaudaraan yang melambangkan kekuatan sebagai ummat yang satu.Mengapa perbedaan pendapat dalam politik,teologi dan fiqh telah merunyamkan barisan persaudaraan kita?Padahal sejarah menunjukkan bahwa dalam pemikiran tidaklah mungkin kita mempertahankan satu ijma’(consensus) tapi untuk soal-soal praktis kemasyarakatan memang semacam ijma’ yang tidak terlalu ketat diperlukan –mukasurat 3

Malek Bennabi(meninggal 1973) telah mengemukakan suatu teori yang menarik tentang masalah ini.Teori itu pada pokoknya mengatakan bahwa ummatIslam dijajah adalah karena mereka punya mentalitas yang memang pantas dijajah.Teori ini terasa kejam tapi tampaknya didukung oleh kenyataan-muka surat 3

Dengan demikian kita sebenarnya punya kesempatan yang baik sekali untuk memulai sesuatu yang segar dalam merumuskan sebuah pandangan dunia(worldview) berdasarkan Al-Quran dan Sunnah yang otentik untuk memenuhi keperluan kita pada abad ini.Sedangkan karya-karya klasik sarjana/ulama Islam kita pakai sebagai bahan perbandingan.Sebagai bahan perbandingan,kita dengan demikian adalah bebas untuk menerima atau menolak pendapat-pendapat mereka.
Dengan kata lain,bukanlah sebuah dosa untuk meninjau kembali isi syari’ah yang sebagian besar adalah hasil ijtihad sarjana/ulama/pemikir Muslim masa lampau –muka surat 4-5

Pertanyaan kita sederhana saja: Apakah kita tidak termasuk mayoritas manusia yang memalingkan telinga dari kebenaran dan amat malas berfikir?Mari kita berkaca diri !-muka surat 6

Al-Quran dan pembentukan kelompok ulu’l-albab

Dalam pada itu pada masa yang bersamaan dalam masyarakat Muslim tersebar pula ajaran-ajaran sesat yang mengkhotbahkan perlunya ditumbuhkan sikap membenci dunia.Pengikut-pengikut ajaran ini mengatakan bahwa dunia buat si kafir,sedangkan akhirat buat si Muslim.Disini ajaran Al Quran sudah dibenamkan ke bawah debu-debu ajaran mistik yang tidak bertanggungjawab.Akibatnya,si Muslim awam menjadi korban untuk sekian kalinya oleh ajaran Islam yang sudah diputarbalikkan itu.Iman ummat menjadi rusak,akhlak binasa,sedangkan mutu kehidupan Muslim secara keseluruhan berada dalam situasi yang sangat memelas.Al Quran yang berorientasi ke depan menjadi tidak berdaya di tangan ‘dukun-dukun’ agama yang biasa memperjualbelikan ayat-ayat kitab suci dengan harga yang sangat rendah- muka surat 13-14

Si Muslim telah kehilangan kepercayaan kepada dirinya.Mereka sudah tidak berpikir lagi.Islam telah menjadi agama elit,dipahami hanya dan itupun secara parsial,oleh kelompok tertentu dalam suatu masyarakat.Keadaan semacam ini sudah tentu bertentangan sama sekali dengan pernyataan Al-Quran sebagai () (petunjuk bagi manusia).Al Quran sebenarnya dari halaman pertama sampai terakhir menyatakan perang terhadap elitism dalam pemahaman agama.Kitab suci ini terbuka buat setiap manusia,asal ia punya hati dan otak yang pro kepada kebenaran dan kebaikan.Oleh sebab itu jarak pengertian tentang Islam antara si awam dan mereka yang pandai harus semakin diperciut hingga keawaman itu musnah dari permukaan hati ummat.Ummat yang cerdas tidak mudah dipermainkan oleh pemimpin dan sarjana yang kurang bertanggungjawab-muka surat 14

Tetapi kata Toynbee pada abad sekarang kita menyaksikan sebuah ‘jurang moralitas’ (morality gap):teknologi mencatat kemajuan-kemajuan kumulatif sementara moralitas mengalami kemerosotan dari hari ke hari.Akibatnya cukup fatal,yaitu penyalahgunaan ilmu dan teknologi bagi kehancuran ras manusia.Lalu Toynbee menyimpulkan: ‘ Material power that is not counterbalanced by adequate spiritual power,that is,by love and wisdom,is a curse and not a blessing’(lih.Surviving the Future,1971,hal.41)(Kekuatan material yang tidak diimbangi oleh kekuatan spiritual yang memadai,yaitu oleh cinta dan kebijaksanaan,adalah sebuah kutukan bukan sebuah rahmat).Dan tragisnya,kata Toynbee,ummat manusia ternyata tidak kompeten dan tidak berhasil berurusan dengan dirinya sendiri.’The world in our time is being dehumanized,and this is distressing’(hal.43),katanya lebih jauh.(Dunia pada masa kita sedang mengalami tahap de-humanisasi,dan ini sangat memprihatinkan)-mukasurat 15-16

Seorang Mu’min sejati disamping punya integritas pribadi,juga hati-nurani-nya sangat peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi ummat manusia.Dia sadar betul bahwa manusia tidak mungkin hidup sendiri.Kesadaran inilah yang menimbulkan rasa kebersamaan dan solidaritas,bukan saja terhadap manusia seagama,tapi juga terhadap manusia yang beragama lain,asal prinsip saling menghormati dan menghargai dipegang teguh-muka surat 16
Ungkapan ulu’l-albab dalam bahasa modern dapat kita terjemahkan sebagai kaum intelektual beriman.Kelompok ini punya visi yang jauh ke depan,di samping punya kebijakan dalam menghadapi masalah-masalah masyarakat dan kemanusiaan-muka surat 18

Tetapi kelompok ulu’lalbab bukanlah kelompok elit yang terpisah dari denyutan nadi masyarakat luas,sebagaimana yang telah saya singgung di atas.Gerbang untuk menjadi ulu’lalbab terbuka bagi siapa saja yang beriman dan punya kepekaan nurani dalam menghadapi soal-soal krusial dalam kehidupan manusia-muka surat 19

Eksistensi manusia bertauhid di tengah perubahan sosial:Sebuah tinjauan Qurani
Menurut hemat saya,nilai eksistensi manusia bertauhid ditentukan oleh intensitas amal kebajikannya terhadap ummat manusia secara keseluruhan.Kebajikan ini terujud dalam bentuk tegaknya keadilan,persamaan,persaudaraan dan kedamaian dalam masyarakat manusia.Manusia menurut Al-Quran adalah sebuah keluarga besar() Inilah pesan universal Al Quran yang wajib direalisasikan oleh manusia beriman.Bukan semata-mata untuk dirinya,tapi juga untuk diri orang lain yang tidak seiman dengannya-mukasurat 28

..manusia beriman haruslah mampu memberi arah moral bagi setiap perubahan sosial.Kegagalan memberi arah yang benar ini dapat berarti kegagalan kita sebagai manusia beriman.Tetapi hendaklah diingat bahwa memberi arah yang benar itu hanyalah mungkin bila kita sendiri menghayati hakekat perubahan itu hingga kita tahu betul dimana kita berada sekarang dan akan ke mana kita harus berangkat.Oleh sebab itu pendekatan induktif dalam membaca perubahan sosial haruslah dikawinkan dengan pendekatan deduktif yang bersumber dari ajaran.Untuk membumikan suatu ajaran hanyalah mungkin bila kita memiliki data sosial yang memadai.Manusia beriman sebagai konsekuensi logisnya adalah manusia yang berdiri paling depan dalam memberikan alternatif-alternatif moral bagi suatu perubahan,setelah ia lebih dulu memelopori kehidupan bermoral itu.Di antara indikator orang yang beriman yalah kepekaan nuraninya yang tajam terhadap masalah moralitas dan keadilan.Bila indikator ini tidak tampak,boleh jadi itu berarti bahwa nuraninya telah lama tumpul dan karenanya perlu dipertajam lagi-muka surat 28

Apresiasi Tauhid

..kepercayaan kepada satu tuhan hanyalah akan punya makna bila dampaknya dalam kehidupan masyarakat berupa tegaknya keadilan dan kebersamaan dirasakan secara mantap oleh semua golongan.Tanpa dampak sosial ini maka prinsip tauhid barulah berada di awang-awang.Dan untuk membawanya turun ke bumi diperlukan perjuangan dan kerja keras-muka surat 35

Islam dan dasar negara di Indonesia

Bila orang mempelajari Al Quran dengan agak cermat,ia akan menemukan dua prinsip dasar yang tidak dapat dipisahkan.Dua prinsip dasar itu yalah prinsip tauhid dan prinsip keadilan.Keadilan disini mencakup ruang lingkup yang sangat luas seluas bidang kegiatan manusia itu.-muka surat 65-66

IAIN dan tantangan

Bung Hatta pernah mengemukakan bahwa ummat Islam itu hendaknya memakai filsafat garam:terasa tapi tidak kelihatan.Jangan pakai filsafat gincu:kelihatan menyolok tapi tidak terasa-muka surat 90

Dalam kesempatan lain Iqbal berkata: ‘Janganlah kamu mau menjadi deburan ombak yang berbunyi hanya ketika menghempas tepi pantai.Tapi jadilah air bah yang mengubah wajah dunia ini dengan amalmu’-muka surat 90

Perkembangan pemikiran tajdid dalam Islam

Tajdid adalah usaha dan upaya intelektual Islami untuk menyegarkan dan memperbaharui pengertian dan penghayatan ummat Islam terhadap agamanya berhadapan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.Kerja tajdid adalah kerja ijtihad yang sangat strategis dalam membumikan ajaran-ajaran Islam dalam konteks waktu dan ruang-muka surat 96

Ijtihad sebagai gerakan intelektual islami oleh mayoritas ulama telah dianggap tabu sejak kira-kira abad ke 10 M pada saat posisi mazhab-mazhab telah semakin mapan.Tapi siapa sebenarnya yang menutup pintu ijtihad itu tidak seorang pun yang tahu.Yang jelas yalah bahwa sejak abad itu bintang-bintang pemikir Islam sudah menjadi manusia langka dalam perputaran sejarah Islam.Ummat Islam secara keseluruhan tidak lagi berorientasi ke masa depan dalam posisi syuhada’ala ‘lnas atau umma wasath,tapi lebih senang menengok kepada kemegahan masa lampau yang telah hilang.Kelompok ulu’lalbab yang punya visi jauh ke depan hampir-hampir tidak muncul lagi ke permukaan-muka surat 96

Strategi dakwah

Dari tauhid mengalirlah prinsip keadilan dan kebersamaan yang menegaskan bahwa manusia itu satu famili dan oleh karena itu kesenjangan dan kezhaliman akibat struktur sosial yang sangat pincang harus diubah.Keimanan kepada satu tuhan dilengkapi dengan keimanan kepada hari akhir yang menegaskan prinsip rasa tanggungjawab manusia di seberang kehidupan ini-muka surat 13

Yang hendak kita ciptakan yalah sosok manusia dan masyarakat egaliter dimana persamaan,persaudaraan dan keadilan sebagai pancaran sinar tauhid dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat sebagai suatu rahmat yang sejuk dan segar –muka surat 105

Konsep Islam tentang disiplin dan disiplin kehidupan

Di sini shalat yang dikerjakan atas dasar prinsip disiplin waktu melambangkan hubungan menaik manusia sebagai makhluk pilihan dengan Allah Maha Pencipta.Tapi kontak intim dengan langit ini haruslah bermuara dalam bentuk hubungan mendatar sesama manusia yang dilambangkan oleh zakat dan 1001 amal sosial lainnya.Bila kontak menaik dengan Allah ternyata tidak membawa dampak positif dan konstruktif dalam lalu lintas hubungan sosial sesama manusia,maka menurut Al-Quran kontak semacam itu adalah kontak mekanis yang tidak didukung oleh pengertian dan disiplin kesadaran beragama.Dengan kalimat lain,kontak seperti itu mungkin hanyalah sebuah pertunjukan hipokrisi ! –muka surat 130

Posisi ummat Islam terhadap perkembangan teknologi modern(Sebuah tinjauan moral-filosofis)

Berbeda dengan kelompok intelektual menara gading,ulu’lalbab adalah juga para ideolog yang ingin mengaktualisasikan gagasan-gagasan moral yang diyakininya dalam kehidupan masyarakat.Pendeknya mereka ingin membawa masyarakat secara bijak dan arif untuk menuju suatu dunia cita-cita yang sepenuhnya manusiawi tapi dengan landasan etik transcendental yang kokoh dan universal-muka surat 144-145

Yang menjadi soal kemudian yalah bahwa setelah tali lasso yang mencekik leher itu dicampakkan,ummat Islam masih belum mengerti betul bagaimana memperlakukan Islam dalam lalu lintas kehidupan modern.Kebekuan berpikir yang telah berlangsung cukup lama tampaknya memerlukan suatu operasi religio-intelektual secara besar-besaran-mukasurat 149

Oleh sebab itu sikap apresiatif terhadap kerja-kerja intelektual di kalangan ummat wajib kita galakkan dan kita bantu-muka surat 149

Disamping itu diperlukan pula kesabaran tingkat tinggi untuk menghidupkan sikap-sikap budaya toleran tidak saja terhadap pikiran-pikiran yang hidup pada golongan lain tapi juga terhadap kelompok-kelompok ummat kita sendiri yang kadang-kadang memakai ukuran hitam putih dalam menilai dan membaca suatu isyu apakah itu politik,sosial maupun agama.Sudah barang tentu dalam kita bersikap syarat kejujuran intelektual menjadi sangat mutlak.Dengan kata lain,komitmen kita kepada kebenaran adalah komitmen yang ikhlas dan itu memang kita pilih secara sadar dalam rangka memberi makna kepada kehadiran kita sebagai kelompok yang mau berpikir-muka surat 150

Arah moral dan wibawa moral-Pada hakekatnya seluruh gerakan kenabian bertujuan untuk memberikan arah moral bagi kemanusiaan.Dalam kasus Muhammad berdasarkan fakta sejarah,kekuasaan yang pernah digenggamnya adalah untuk menegakkan suatu tata sosio-politik yang etis.Beliau sadar betul bahwa tujuan terakhir dari kekuasaannya adalah moral.Dengan demikian peperangan yang dilancarkannya adalah untuk membumikan cita-cita moral ini dimana keadilan,persamaan,persaudaraan dan kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat tanpa memandang agama,asal usul dan latar belakang sejarah.Dengan demikian kemanusiaan Islam adalah kemanusiaan universal.Al-Quran memandang ummat manusia sebagai suatu famili besar(2:213,10:19).Perbedaan suku,bangsa dan letak jugrafi tidak punya makna yang esensial bagi cita-cita kemanusiaan sekalipun faktor-faktor ini dalam pengalaman empiris kita sering benar membawa bencana.Tapi keyakinan bahwa ummat manusia itu satu jangan sekali dilepaskan betapapun sifat tiranik dan bodoh kita sering benar menutup pembumian cita-cita itu-mukasurat 153-154

Kata pengantar buku Muhammadiyah dan NU Reorientasi wawasan keislaman

Dalam perspektif ini apa yang dikenal sebagai produk pemikiran Islam,klasik maupun modern,tetaplah ia terikat dengan ‘pasungan’ ruang dan waktu,dengan faktor-faktor lingkungan historis.Tidak terkecuali dalam kaitan ini pemikiran dalam fiqh,teologi,pendidikan,sosial,ekonomi,dan budaya.Dengan demikian sebagai hasil pemikiran yang ‘terpasung’ oleh ruang dan waktu itu tidak ada yang tidak boleh dipertanyakan.Selama kerja kajian ulang itu tetap berada dalam bingkai iman dan kepercayaan penuh akan kebenaran mutlak ajaran Islam,selama itu pulalah menurut hemat saya pintu terbuka bagi siapa saja yang punya otoritas untuk terus melakukannya.Islam bukanlah sebuah agama yang sibuk ‘mengurus’ Tuhan sementara para pemeluknya hina dan terkapar di bumi

No comments:

Jumlah pengunjung

web statistics